Sifat-Sifat
Alkitab dan Aplikasi Bagi orang Percaya
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu Pertanyaan
yang membuat para teolog pada abad ke empat sehingga membuat pengakuan dalam
konsili ialah Adakah Kitab Suci telah jatuh dari sorga dengan bentuk yang sudah
lengkap? atau bagaimanakah Kitab Suci telah tersusun sedemikian rupa hingga
dapat dipercaya? Dalam 2Tim 3:16 memberikan sumbangsih atas pertanyaan tersebut
bahwa dengan tegas Kitab Suci tidak jatuh dari sorga. Tapi Kitab Suci itu
diilhamkan oleh Allah sendiri. Pada
konsili di Karthago tahun 397, konsili yang pertama, dinyatakan bahwa “kecuali
kitab-kitab yang kanonik, di dalam gereja tidak boleh ada lain yang dibaca
dengan menganggapnya kitab dari Tuhan”. Jadi, di Karthago kanon tidak
ditetapkan, melainkan diakui bahwa kanon sudah ada. Dan setelah itu terdapat
penambahan kitab-kitab dan surat-surat dari Rasul yang dianggap berwibawa. Pada
adab ke-empat tahun 367, uskup Athanasius dari Aleksandria dapat memberikan
daftar kitab-kitab yang merupakan kanon. Dan daftar ini diterima oleh konsili
di Hippo Regius, yang aktanya telah hilng dan kemudian diterima juga oleh
konsili di Karthago. Istilah dalam bahasa ingris yaitu “bible” yang dalam
bahasa indonesianya adalah Alkitab, berasal dari kata yunani ,”biblion” yang
artinya “kitab” atau “gulungan”. Kata ini berasal dari Byblos yang
merupakan pohon papyrus yang banyak tumbuh dirawa-rawa atau pinggiran sungai
sepanjang sungai Nil. Bahan yang dipakai untuk menulis dibuat dari tumbuhan
papyrus dengan cara memotong bagian yang lunak sepanjang satu kaki(=12 inci)
dan kemudian di keringkan dibawah sinar matahari. Sedangkan arti dari Kitab
Suci adalah terjemahan dari graphe yang artinya tulisan. Di PL tulisan
ini diakui memiliki otoritas yang besar (cont. II Raj.14:6; IITaw.23:18; Ezr.
3:2; Neh. 10:34). “tulisan-tulisan dari PL dikumpulkan dalam tiga kelompok yang
disebut Kitab Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-tulisan(Mazmur).istilah lain
yang dipakai adalah Kitab Suci (Rm 1:2) dan “Tulisan-tulisan yang sacral” (Yun.
Hiera grammata, 2Tim. 3:15). Dalam 2 Timotius 3:16 menekankan bahwa
tulisan-tulisan ini “dinafaskan oleh Allah”, dan ini adalah salah satu bukti
bahwa tulisan ini berotoritas dan tanpa salah.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.FIRMAN ALLAH
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata Firman sama halnya dengan
“Perkataan” . perkataan adalah alat-alat untuk menyatakan kepada orang
lain siapakah diri dan apakah maksud orang yang berkata. Dengan perkataan, kita
membuat kita sendiri menjadi objektif hingga orang-orang lain dapat mengenal kita.
Perkataan adalah pernyataan yang penuh dengan hidup.perkataan berbentuk suara
atau tulisan[2].
Haruslah dipahami bahwa manusia yang terbatas tidak dapat menerima Allah yang
tak terbatas secara sempurna. Sehingga Allah memakai alat-alat yang bersifat
terbatas (antropomorf). dapat dikatakan bahwa Allah memakai sejumlah sarana
untuk berhubungan atau menyatakan diri-Nya kepada manusia.jadi perlu di ketahui bahwa Alkitab adalah Firman Allah-
Kebenaran dari Allah. Alkitab adalah komunikasi Allah tentang kebenaran ilahi.[3]
Alkitab menyediakan keterangan tentang apa yang Allah telah perbuat di dunia
untuk keselamatan seluruh manusia.jadi maksud Alkitab adalah menyaksikan Yesus
(Luk. 24:25- 27) dan memberi kita hikmat serta menuntun kepada keselamatan oleh
iman dalam Yesus Kritus ( 2 Tim. 3:15).[4]
Sebanyak 3800 kali Alkitab Menyatakan bahwa “Allah Berfirman,” atau demikianlah
“Demikianlah Firman Allah” (cont. Kel. 4:1; 20:1; Im. 4:1; Bil. 4:1; Ul. 4:2;
32:48, dll). Paulus juga mengakui bahwa yang ia tulis adalah Perintah Tuhan (1
Kor. 14:37).[5]
Terdapat dua penyataan yang ada dalam Alitab,yaitu: Penyataan umum dan
Penyataan khusus. Maksud dari penyataan umum ini adalah Allah berbicara melalui
Ciptaan dan melalui Hati nurani. Meskipun sebagian orang yang tidak percaya
Yesus, Allah tetap berbicara kepada mereka lewat hati nurani, sebab isi hukum
taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi
dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela (Rom 2:14,15). Sedangkan
penyataan secara khusus maksudnya adalah Allah berbicara melalui
Providensia-Nya( Allah sebagai pemelihara dunia, bnd. Mat. 5:45; Kis. 14:15-17
), melalui Mujizat, melalui komunikasi dan manifestasi langsung oleh Roh Kudus,
melalui Kristus dan melalui Alkitab.[6]
B. INSPIRASI (THEOPNEUSTOS)
Alkitab adalah Firman Allah yang berbicara kepada manusia. Jadi, Kita
percaya bahwa Alkitab telah berfirman dan Kitab Suci itulah bentuk Firman ini.[7]
Inspirasi dapat didefenisikan sebagai pimpinan Roh Kudus pada para penulis,
meskipun penulisan dilakukan sesuai dengan gaya dan kepribadian mereka,
hasilnya adalah Firman Allah yang tertulis-yag berotoritas, dapat dipercaya,
dan bebas dari salah dalam autograf yang asli.menurut Edward J.Young:
“inspirasi adalah pimpinan Allah Roh Kudus atas para penulis Kitaab Suci,
akibatnya, Kitab Suci itu memiliki otoritas Ilahi dan patut dipercaya. Dan Karena memiliki
otoritas Ilahi serta patut dipercaya seperti itu, maka ia bebas dari salah”.
Ada beberapa unsur penting yang terkandung dalam definisi yang tepat mengenai
inspirasi:
1.
unsur Ilahi-
Allah Roh Kudus memimpin para penulis
untuk menjamin keakuratan dari tulisan.
2.
Unsur manusia
para penulis manusia menulis sesuai dengan cara dan kepribadian mereka
masing-masing.
3.
Hasil dari
penulisan Ilahi dan manusia ini adalah catatan tentang kebenaran Allah yang
tanpa salah
4.
Inspirasi
meliputi seleksi kata-kata oleh para penulis
5.
Inspirasi
berhubungan dengan manuskrip yang asli.
Kata Inspirations terdapat dalam bahasa inggris, berasal dari
Alkitab Latin yaitu inspiro yang muncul dalam 2 Timotius 3:16 dan 2 Petrus
1:21. Kata Inspiration digunakan untuk menterjemahkan theopneustos, ini suatu
hapax legomenon (hanya satu kali dalam PB Yunani) yang terdapat dalam 2
Timotius 3:16. Theopneustos berarti “Allah bernapas” dan menekankan napas
Allah. Jadi kitab suci bukan sesuatu yang dinapaskan ke dalam oleh Allah,
melainkan Kitab Suci telah dinapaskan keluar oleh Allah.[8] Orang-orang
yang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat menerima ke 66 buku
Alkitab sebagai diilhami oleh Roh Allah. Jadi,Alkitab sebagai wahyu Allah yang
reliable-dapat dipercaya(reliable revelation of God) dan Alkitab adalah
infalibel – tidak mungkin bisa salah. Meskipun manusia yang adalah manusia berdosa , tetap tidak akan mengurangi
infalibilitas Alkitab karena asalnya yang nilai
karena otoritas Roh Allah yang menginspirasinya.[9]
C.SIFAT-SIFAT KITAB SUCI
Karena Alkitab adalah Firman Allah, Alkitab memiliki
sifat-sifat (Otoritas) yang dari Allah. Dan haruslah diketahui bahwa
sifat-sifat Alkitab hanya mengenai tujuannya, yaitu agar manusia percaya kepada
Yesus Krisuts Anak Allah (Yoh 20:31).
Adapun sifat-sifat Alkitab ialah:
1.
Kitab Suci
tidak mungkin keliru (infallibilitas)
Hal ini mempunyai tolak ukur ialah mengenai “Teopneusti”.dimana
Teopneusti mempunyai pengertian yaitu diwahyukan oleh Roh Kudus, oleh Allah
sendiri. Dan tidak mungkin Allah keliru, jika Allah tidak keliru maka Kitab
Suci juga tidak Keliru. Ini adalah dasar logis untuk mengerti bahwa kitab suci
itu tidak mungkin keliru. Walaupun para penulis Kitab Suci tetap sebagai orang
berdosa, atau mungkin salah ,lemah dan terbatas. Tapi Roh Kudus mengemudikan
para penulis ini dengan memakai akal budinya dan hatinya.jika seseorang
menyangkalnya, dengan kata lain bahwa Alkitab ini mungkin keliru,maka seseorang
itu percaya bahwa alkitab ini adalah dari manusia bukan dari Allah. Thomas
Aquinas (1224-1274) mengatakan bahwa “tidaka ada sesuatu yang salah dapat
mendasari pemahaman Alkitab secara harfiah”(Summa Theologica, I, 1.10 ad 3).
Dan Luther menyatakan “Alkitab tidak pernah keliru” (Works of Luther, XV:
1481).dalam konferensi di Lausanne menyatakan bahwa Alkitab adalah “tanpa
keliru dalam semua yang ditegaskan”. Dan konsili Internasional di Chicago
menegaskan ketidak-keliuran ,bahwa “Alkitab adalah tanpa keliru atau kesalahan
dalam semua ajarannya”. Bukti ini meberikan penguatan bahwa Alkitab itu tidak
mungkin keliru, dan bukti internalnya memberikan pernyataan dalam 2 Timotius3
:16 ; 2 Petrus 1:21).[10]
2.
Kitab Suci
adalah syarat mutlak (Necessitas)
Syarat mutlak yang dimaksud disini berhubungan dengan ketika Allah
memberikan Kitab Suci dengan tujuan supaya manusia dapat mengenal Tuhan dan
kehendakNya. harus dipahami bahwa maksud Allah pertama-tama bukan mengenai
keselamatan manusia tetapi melayani Tuhan adalah keselamatan manusia. Jadi
Kitab suci merupakan sebagai sumber segala kitab dan segala perkataan yang
memberi pengenalan tentang Allah dan kehendakNya. Terdapat Pernyataan dari
mistisisme yang inti pengajarannya dalah bahwa pernyataan Allah terutama dapat
dimengerti dari sinar hati, terang yang ada di dalam hati. Dan mereka juga
menyatakan bahwa “hukum yang tertulis itu mematikan ,tetapi Roh menghidupkan”(2
Kor.3:6). Mereka menafsirkannya dengan salah. Maka rasul Yohanes menulis dalam
(1 Yoh. 4:1). Dimana kita harus membuktikan roh-roh itu, dan harus ada norma,
yaitu Kitab Suci. Jadi Kitab Sucilah yang lebih tinggi daripada hati. Ada
bukti-bukti keperluan mutlak Alkitab ,yaitu: Roma 10:13-17; Ki 4:12; 1 Timotius
2:5-6. Jadi Alkitab adalah satu-satunya sumber untuk mengenal Kristus.[11]
3.
Kitab Suci
Berkuasa (otoritas)
Kitab Suci mempunyai kekuasaan tertinggi diatas kitab dan hukum
yang lain. salah satu atribut Allah ialah Mahakuasa ,kita mengetahui bahwa
Alkitab di wahyukan oleh Allah sendiri, oleh karena itu Alkitab sangat memiliki
kekuasaan lewat perkataan yang di ucapkan oleh Allah melalui tulisan tersebut.
Adapun isi kekuasaan itu ialah : Percayalah, perbuatlah apa yang dinyatakan
oleh kitab suci, sebab yang dinyatakan di dalam Kitab Suci ialah pernyataan
Allah sendiri. Kitab suci mempunyai kuasa yang mutlak. Dan hal yang harus
diketahui bahwa Kitab Suci berkuasa terhadap hati orang, pusat hidup orang
secara mutlak.
4.
Kitab Suci
adalah cukup ( Sufficientia)
Jumlah kitab dalam Alkitab sebanyak 66 kitab, dan ini tidak boleh
dan tidak perlu ditambah ataupun dikurangi. Roh Kudus memberikan Kitab Suci
kepada jemaat di dalam segala zaman dan ini sudah cukup. Maksud dari kata cukup
disini ialah menyatakan Allah dan kehendak-Nya, dan hal ini sudah cukup
tercapai dalam kitab suci. Tuhan memberikan Kitab Suci ini artinya bahwa di
dalam Kitab itu sudah termuatlah segala sesuatu yang diperlukan oleh segala
orang yang mencari Tuhan. Jadi ,jika kita sudah mengakui bahwa Alkitab itu
memiliki syarat mutlak, maka kita tidak usah menambahkan apapun lagi.
5.
Kitab Suci
adalah terang (Perspicuitas)
Kita harus memahami bahwa maksud Alkitab ialah menyatakan Allah dan kehendak-Nya bagi
manusia. Karena manusia adalah orang yang berdosa, maka diperlukan terang untuk
menerangi yang gelap dalam kepribadian manusia. Oleh karena itu manusia harus
berjuang dan berusaha untuk menerobos kekurangan diri sendiri. Usaha untuk
mengerti kitab suci haruslah menafsirkan nats-nats dalam Alkitab. Alkitab
menawarkan kita terang yang Abadi, supaya pemahaman kita juga seperti apa yang
ada dalam Alkitab.
6.
Kitab Suci mencapai
maksud (Efficax)
Hal yang harus di perhatikan secara hati-hati bahwa maksud Allah
pertama-tama mengenai Kitab Suci itu bukanah berbicara mengenai keselamatan
manusia jika dipandang secara antroposentris. Melainkan seperti yag kita
ketahui bahwa Kitab Suci adalah Pernyataan tenetang Allah, maka maksudnya ialah
untuk menyatakan kemuliaan, kebijaksanaan, kasih , kebenaran Allah dll. Jadi ini
adalah maksud Allah melalui Kitab Suci. Memang ada yang berpandangan salah dan
keliru seperti Gereja RK, mistisisme dan Rasionalisme. Gereja RK berpandangan
bahwa:” Kitab suci tak dapat memberikan iman. Kitab Suci hanya memberikan benih
atau bakat iman, sakramen-sakramenlah yang dapat memperkembangkan bakata tadi
menjadi iman kepada Tuhan Yesus Kristus”. Artinya bahwa mereka percaya bahwa
tradisilah yang memberikan mereka pertumbuhan iman, bukan Alkitab. Terdapat
juga Paham Mistisisme yaitu” bahwa Kitab Suci itu huruf dan huruf itu
membunuh”. Sedangkan Rasionalisme “mementingkan budi manusia leih dari pada
Kitab Suci”. Dan kita harus menolak pandangan seperti ini, sebab dalam Ibrani
4:12 memberikan jawaban yang tepat untuk menangkis paham tersebut.
7.
Kitab Suci
Merupakan Kesatuan (Unitas)
Jika kita melihat dari segi kronologisnya,maka kita tidak akan
menemukan kesatuan secara kronologis. Tapi itu tidaklah mempengaruhi Kitab
Suci, sebab Kitab Suci itu adalah Pernyataan Allah yang Esa, dan isi Kitab Suci
hanyalah satu, ialah Allah sendiri dan Perbuatan-perbuatan-Nya berdasarkan
Tuhan Yesus Kristus.[12]
BAB III
KESIMPULAN
APLIKASI BAGI ORANG-ORANG PERCAYA
Alkitab merupakan Firman Allah yang tertulis, di Ilhamkan oleh
Allah kepada para penulis yang berdosa. Tetapi walaupun berdosa, tetap juga
tidak akan mengurangi kewibawaan Alkitab. Sebagai orang-orang yang percaya
haruslah memahami akan Otoritas Kitab Suci ini, karena ini akan mempengaruhi paradigma
orang-orang percaya terhadap isu mengenai kesalahan,kekliruan,ketidaktepatan
Alkitab. Oleh karena itu, sangat diperlukan orang-orang percaya belajar untuk
menafsirkan nats-natas yang ada dalam Alkitab, karena itu akan membantu jemaat
untuk mengerti mengenai Sifat-sifat Alkitab ,sebab kebenaran dari otoritas
alkitab akan dibuktikan ketika orang-orang percaya belajar untuk menafsir
Alkitab secara Kontekstual. Kekeliruan mengenai sifat-sifat Alkitab terjadi
terhadap orang-orang percaya dikarenakan tidak adanya pemberitaan mengenai
otoritas Alkitab, dan orang percaya kurang belajar dan bahkan mengabaikannya.
Oleh karena itu bagi orang percaya haruslah mengerti dan memahami bahwa Alkitab
itu tapa salah,tanpa keliru dan itu berwibawa bahkan Alkitab itu cukup dan
tidak usah ditambahkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arrington, French L. DOKTRIN KRISTEN PERSPEKTIF PENTAKOSTA, Yogyakarta: ANDI, 2015.
Enns, Paul THE MOODY HANDBOOK OF THEOLOGY,
Malang: SAAT, 2014.
BPH, Pengajaran Dasar GBI, Jakarta: Badan Pekerja
Harian Gereja Bethel Indonesia.
R.Soedarno, IKHTISAR DOGMATIKA, Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 2010.
Kamus bahasa Indonesia
Charles C.Ryrie, TEOLOGI DASAR, Yogyakarta: ANDI, 1991.
[1]
Paul Enns, THE MOODY HANDBOOK OF THEOLOGY, Malang: SAAT, 2014, Hal163.
[2]
Kamus bahasa indonesia
[3]
French L. Arrington, DOKTRIN KRISTEN PERSPEKTIF PENTAKOSTA, Yogyakarta: ANDI,
2015, hal 7.
[4] French
L. Arrington, DOKTRIN KRISTEN PERSPEKTIF PENTAKOSTA, Yogyakarta: ANDI, 2015,
hal 8.
[5] Paul
Enns, THE MOODY HANDBOOK OF THEOLOGY, Malang: SAAT, 2014, Hal 164.
[6] BPH,
Pengajaran Dasar GBI, Jakarta: Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia,
hal 18-22.
[7] R.Soedarno,
IKHTISAR DOGMATIKA, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, hal 57.
[8] Paul
Enns, THE MOODY HANDBOOK OF THEOLOGY, Malang: SAAT, 2014, Hal 170-171.
[9] BPH,
Pengajaran Dasar GBI, Jakarta: Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia,
hal 23.
[10] Charles
C.Ryrie, TEOLOGI DASAR, Yogyakarta: ANDI, 1991, hal 106.
[11] R.Soedarno,
IKHTISAR DOGMATIKA, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, hal 82.
[12]
R.Soedarno, IKHTISAR DOGMATIKA, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, hal 77-96.
Komentar
Posting Komentar