Langsung ke konten utama

KERAJAAN ALLAH KE-KINIAN DAN KE-AKANAN...

STUDI EKSEGESIS MARKUS 4:21-34

I .Konteks Historis Injil Markus
Injil Markus ini ditulis oleh Markus, atau yang sering disebut Yohanes Markus. Ibunya bernama Mariam, dan  nama ini membuktikan bahwa ibunya seorang yahudi. Ia sendiri memakai nama Yahudi (Yohanes) dengan gelar Roma (Markus). Dan dia juga mempunya seorang paman yang bernama Barnabas (Kis 4:37). Menurut Tradisi Gereja, Injil Markus ini ditulis di Italia, yaitu dimana Petrus meninggal, dijajahan Italia. Injil ini dialamatkan  kepada orang percaya di Roma.dan  Kemungkinan besar Injil Markus Ditulis pada periode tahun 60-70 M.
Injil Markus ini Bertujuan untuk:
Memperkuat dasar iman bagi orang percaya di Roma dan jika diperlukan mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi injil dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus Kristus.
Untuk memproklamirkan  kabar baik tentang kemenangan Allah atas segala kuasa jahat.
Ada banyak keterangan tentang adat istiadat dan perkataan Aram sehingga sangat membantu bagi orang-orang “Gentile” untuk memahami kehidupan masyarakat Yahudi.



II.Word Study   “basilei,a tou/ qeou“
Arti istilah “Kerajaan” dalam Perjanjian Baru
Sifat yang utama dari pengajaran Yesus dalam kitab-kitab injil sinoptik ialah penekanan-Nya pada Kerajaan Allah, dan pengajaran ini menjadi jembatan bagi kita untuk memahami misi kristus. Kerajaan itu biasanya disebut dengan “Kerajaan Allah”, tetapi didalam Injil Matius kadang-kadang disebut juga “Kerajaan Sorga”. Merupakan dua istilah yang berbeda tetapi memiliki pengertian yang sama. Salah satu contohnya dalam Markus 1 : 15 dan Matius 4 : 17. Kedua ayat ini memiliki konteks yang sama, yaitu permulaan pelayanan pengajaran Yesus. Kenapa hal ini berbeda? Menurut buku John Drane perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan tujuan penulisan kitab Injil. Injil matius dituliskan pada orang percaya yahudi sedangkan injil Markus Dan Lukas dituliskan kepada orang non-Yahudi. Dalam Injil Matius kitab ini dituliskan kepada Orang Yahudi, akan tetapi orang yahudi tidak terbiasa menyebut nama Allah karena mereka takut melanggar hukum taurat, maka digantilah dengan istilah “Surga” yang lebih dimengerti oleh orang Yahudi. Dalam  Injil Markus Dan Lukas ditulis kepada orang Non-Yahudi dan orang Non-Yahudi sangat tidak terbiasa dengan pemahaman kerajaan Surga, sehingga lebih muda memakai istilah kerajaan Allah.
Dua  orang Teolog yaitu Donald Guthrie dan John Drane, mereka  beranggapan bahwa istilah kata Basileia (‘kerajaan Allah’) bukan  berbicara tentang wilayah pemerintahan seorang raja, tetapi berbicara tentang perbuatan dan aktivitas pemerintahan. Tetapi didalam bukuJohn Drane pengertian kerajaan itu sendiri lebih menekankan kepada kata Malkuta yaitu bahasa Aram yang dipakai oleh Tuhan Yesus dalam mengajarkan ajaranNya kepada orang banyak. Kata Malkuta itu sendiri lebih mengarah kepada pengertian tentangpemerintahan Allah sebagai Raja dari suatu wilayah pemerintahan. Berhubungan dengan hal ini, pemberitaan Yesus lebih mengarahkan kepada kualitas hidup manusia dan hubungan manusia dengan Allah serta dengan sesamanya.
Pemahaman atas kerajaan memungkinkan kita menghubungkan secara tepat tentang aspek kekinian dari kerajaan itu dengan aspek perwujutanya pada masa depan. Kesimpulannya adalah "dalam pembahasan ini, Istilah kerajaan Allah bukan merujuk kepada Pemerintahan secara Politik, melainkan pemerintahan sesuai dengan kehendak Allah”.

Kerajaan Allah Masa Kini
Dalam Markus 1 : 14dst. dituliskan bahwa Yesus mengawali pelayananNya. Hal ini memberi kesan bahwa kedatangan Yesus sebagai suatu peristiwa yang sangat penting akan segera terjadi, hal ini menjelaskan bahwa pekerjaan Yesus dilihat sebagai perwujudan dari kerajaan itu. Walaupun para rabi Yahudi mengharapkan suatu kerajaan Eskatologis, namun mereka tidak berpikir bahwa kerajaan itu akan menerobos terhadap kekinian. Kenyataannya adalah Yesus mengajar orang untuk mengharapkan kerajaan pada masa kini, sementara keadaan yang sedang ada terus berlanjut, merupakan suatu unsur baru dalam pengharapan yang lazim pada masa itu.
Ucapan tentang kerajaan yang paling menekankan kekiniannya terdapat dalam Lukas 17 : 20-21, “kerajaan Allah ada diantara kamu” ( entos). Pernyataan ini merupakan jawaban Yesus atas pertanyaan langsung yang dilontarkan kepadaNya oleh orang farisi mengenai kedatangan kerajaan itu. Pernyataan ini juga mengungkapkan sifat kerajaan yang non politis. Apa yang Yesus katakan berarti, kerajaan bukanlah suatu yang dapat kelihatan atau dapat ditunjuk .
Dalam Matius 11 : 11-12, setelah menyebut ucapan Yesus tentang kedudukan Yohanes pembaptis dalam kerajaan ini, Matius mencatat “sejak tampilnya Yohanes pembaptis hingga sekarang, kerajaan sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya”. Arti yang tepat dari kata-kata yang diterjemahkan “kerajaan diserong” tidak pasti. Kata Yunaninya ialah biazomai, arti harafianya “dilakukan dengan kekerasan”. Sudah tentu kerajaan itu tidak hendak diwujudkan dengan kekuatan fisik atau politik.
Menurut Matius 21 : 31 yang dialamatkan kepada para pemimpin agama, “pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk kedalam kerajaan Allah”. ayat ini memperlihatkan sifat kekinian dari kerajaan dan hal itu bertentangan dengan wawasan para pemimpin agama pada saat itu.
Kerajaan Allah Masa Depan
Dalam bukunya, Donald Guthrie memberikan petunjuk-petunjuk atau bukti untuk membedakan bahwa selain adanya Kerajaan masa kini, ternyata Yesus juga memikirkan mengenai masa depan, yaitu pada waktu akhir zaman akan tiba. Bukti ini dapat dilihat pada waktu “Khotbah tentang Akhir Zaman” yang tercantum dalam beberapa ayat seperti Matius 24-25, Markus 13, dan Lukas 21. Dalam pasal-pasal tersebut dapat dilihat bahwa puncak dari peristiwa yang terjadi adalah ketika kedatangan anak Manusia dalam Kemuliaan (Mrk.13:24). Tidak disinggung mengenai Kerajaan, namun satu-satunya petunjuk adalah dalam Matius 25:34, “yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan”, mengenai Penghakiman Terakhir, hal ini berarti bahwa Kerajaan itu akan diterima sesudah kedatangan Anak Manusia dan jelas berhubungan dengan akhir zaman.
Bukti lainnya adalah dalam terdapat banyak kata kerja yang mendukung adanya pandangan mengenai masa depan, seperti contoh dalam Matius 5:3 “empunya Kerajaan Surga”, bahwa orang miskin di hadapan Allah akan memiliki Kerajaan Surga, hal ini ada pada masa kini, namun selain itu ada Ucapan Bahagia lain yang mengarah kepada pengharapan akan Kerajaan masa depan. Namun Kerajaan itu tidak didapat dengan mudah dan harus melewati proses terlebih dahulu. Selain itu ada juga dalam Matius 7:22, dimana Yesus berbicara mengenai “hari terakhir” yakni berbicara hal untuk masuk ke dalam Kerajaan itu dan hal ini menunjukkan sesuatu yang akan datang. Dalam Matius 26:29 (bnd.Mrk.14:25;Luk.22:18), Yesus berkata bahwa Ia tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai “pada hari” Ia meminumnya bersama murid-Nya dalam Kerajaan Bapa. Istilah “pada hari” dalam bahasa aslinya hemera, lebih tepat dikatakan (‘pada hari itu’) mengarah ke masa depan.

III.Studi Eksegesis terhadap Markus 4:21-34.
Ayat 21-24.
Perkataan dalam 4:21-25 merupakan pernyataan umum yang mungkin telah dipakai Kristus pada berbagai kesempatan (untuk ay.2, bdg. Mat 1:15; untuk ay. 23. Bdg. Mat. 11:15; 13:9, 43; Luk. 14:35; untuk ay.24b, bdg. 7:2; untuk ay.25, bdg. Mat 25:29). Tujuan Kristus dalam kesempatan ini adalah menekankan tanggung jawab yang diwajibkan kepada para pendengar perumpamaan. "pelita": ini adalah lampu minyak kecil bersumbu yang biasa dipakai orang pada zaman dahulu. Pelita terbuat dari tanah liat, dan minyak yang dipakai biasanya ialah minyak zaitun. Pelita dalam konteks ini adalah “lampu minyak”, dan bukan “senter” atau “lampu pijar” atau “lilin”. Firman Allah sering juga disebut “Pelita dan terang” (Mzm.119:105, Lih. Yoh.8:12, 9:5). Cahaya dimaksudkan untuk menerangi. Kepercayaan dimaksudkan untuk menghasilkan buah. Ayat ini menjelaskan mengapa banyak pendengar yang tidak memahami perumpamaan Yesus. Perumpamaan yang dimaksudkan Yesus bertujuan untuk menerangi. tapi hati dan motivasi manusia jaha, jadi bukan Tuhan yang menghalangi cahaya itu. Tuhan ingin berkomunikasi (lih. ay 22). Yesus, dalam terang konteks langsungnya, pasti sedang berbicara tentang masa depan proklamasi Injil sepenuhnya yaitu setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya. Rahasia Mesianik Markus yang berulang, penyembunyian kebenaran yang disebabkan oleh penggunaan perumpamaan, dan kurangnya pemahaman tentang bagian dari lingkaran dalam murid-murid menuntut hal ini untuk dilihat dalam konteks masa depan.
"gantang": Adalah alat ukur. tidak sama dengan gantang pada saat ini (dan mungkin sekali dari tanah liat). tapi dapat disamakan dengan takaran pengukuran kita saat ini. Ini adalah wadah yang mampu menampung kira-kira berukuran sejumlah 8 liter. Istilah ini adalah Latinisme, mungkin membenarkan bahwa Injil Markus ditulis untuk orang Roma.
"tempat tidur" Secara harfiah ini adalah "tilam.", tetapi tempat tidur dapat juga diterjemahkan menjadi: balai-balai, bangku atau dipan.
"kaki dian" adalah tempat menaruh pelita atau lampu minyak pada masa itu. sebuah penyangga lampu minyak yang tempat  minyaknya terbuka sebagaimana dipakai ketika itu. Lampu minyak ditaruh di tempat yang agak tinggi di dalam ruangan supaya dapat  menerangi lebih luas.
Ayat 25.
Prinsip yang dikemukakan di dalam pernyataan ini berlaku khusus untuk soal kebenaran dan pelaksanaannya. Barangsiapa memegang erat kebenaran dan mempergunakannya akan menerima pencerahan lebih banyak, tetapi barangsiapa menolak untuk melaksanakan kebenaran akan kehilangan bahkan pemahaman mengenai kebenaran yang pernah dimilikinya.
Ayat 26-27.
Perumpamaan kedua tentang Kerajaan Allah yang dicatat oleh Markus ialah tentang tanah yang mendatangkan hasil secara Spontan (ay.26-29). Sesungguhnya perumpamaan ini dimulai saat perumpamaan tanah itu berakhir, dengan selanjutnya menggambarkan pertumbuhan benih yang menghasilkan buah. Aspek Kerajaan yang dimaksudkan disini ialah aspek rohani yang ada sekarang, yaitu kenyataan batiniah maupun manifestasi lahiriahnya. Kerajaan ini diperluas melalui penaburan benih firman (bdg. Ay. 24).
Ayat 28-29
Alasan mengapa bumi dengan  sendirinya mengeluarkan buah (automate, “secara otomatis”) ialah karena benih ini mengandung kehidupan yang apabila diletakkan di dalam lingkungan yang benar akan bertumbuh. Ciri khas dari Kerajaan Allah yang sekarang yang sebagaimana dikemukakan oleh perumpamaan ini ialah bahwa pemberitaan injil, oleh karena sifat dasarnya, ketika ditaburkan didalam hati manusia secara spontan menghasilkan pertumbuhan dan berbuah banyak.,
Ayat 30
Perumpamaan ketiga tentang Kerajaan yang dicatat Markus ialah mengenai biji sesawi (ay. 30-32). Alkitab terjemahan baru dari LAI menunjukkan sifat sesungguhnya dari sebuah perumpamaan dengan menerjemahkan parabole sebagai membandingkan.
Ayat 31
Di dalam perumpamaan ini Kerajaan diumpamakan dengan biji sesawi. Banyak yang telah menulis mengenai identifikasi tanaman ini, tetapi rupanya yang terbaik adalah menganggapnya sebagai sesawi hitam, yang memiliki biji dengan ukuran sebesar kepala sebuah peniti (Harold N. dan Alma L. Moldenke, Plants of the Bible, hlm. 59-62). Biji ini tergolong paling kecil di antara berbagai biji yang di kenal oleh orang galilea.
Ayat 32-34
Gejala yang luar biasa dari tanaman sesawi ini ialah bahwa sekalipun tergolong tanaman perdu, tetapi dapat tumbuh hingga mencapai sepuluh hingga dua belas kaki tingginya, dengan batang yang sebesar lengan manusia serta menjadi tempat bertengger bagi jenis-jenis burung yang lebih kecil. Pokok utamanya disini ialah bahwa benih  pemberitaan injil akan menghasilkan pertumbuhan yang luar biasa. Dari awal yang kecil, Kerajaan Allah yang baru mendekat melalui oknum Kristus ( 1:14,15) akan bertumbuh dengan hebat krena vitalitas adikodrati yang ada di dalam dirinya sendiri. Ini tidak berarti pemberitaan Injil akan menghasilkan pertobatan dunia.  juga tidak berarti bahwa Kerajaan Allah diatas bumi sebagai suatu perkembangan Utopian dan tidak berarti bahwa Kerajaan Allah itu sama dengan Gereja. Sekalipun demikian, perumpamaan ini memang melukiskan Kerajaan Allah yang mencakup banyak orang tertebus yang sepanjang tahun-tahun ini bertambah banyak hingga jumlah yang menakjubkan.

III. Kesimpulan
Kerajaan Allah itu diumpamakan seperti orang yang menerima Kebenaran dan yang melakukan Kebenaran.  Ketika Firman Tuhan itu ditabur yang diumpamakan seperti benih dan biji sesawi. Ketika Firman Tuhan ditaburkan maka haruslah seseorang tersebut bertanggung jawab (melakukan) kebenaran itu. Tetapi Ketika seseorang menolak Kebenaran maka ia akan kehilangan pemahaman tentang Kebenaran dan Kerajaan Allah. Karena itu haruslah seseorang merespon terhadap Firman Tuhan yang telah diberitakan , sehingga Kerajaan Allah dapat ditegakkan di bumi ini.





DAFTAR PUSTAKA

Setianto, yusak. 2009. Diktat Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta : ITKI
Baxter, J.Sidlow. 1995. Menggali Isi Alkitab 3. Jakarta: YKBK
Drane, John. 2015. Memahami Perjanjian Baru, Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Guthrie, Donald. 2011. Teologi Perjanjian Baru II. Jakarta: BPK Gunung Mulia
G.Bratcher, Robert & Eugene A.Nida. 2014. Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Markus. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia
F.Pfeiffer,Charles & Eeverett F. Harrison. 2008. The Wycliffe  Bible Comentary. Malang : Gandum Mas, 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat-Sifat Alkitab dan Aplikasi Bagi orang Percaya

Sifat-Sifat Alkitab dan Aplikasi Bagi orang Percaya BAB I PENDAHULUAN             Suatu Pertanyaan yang membuat para teolog pada abad ke empat sehingga membuat pengakuan dalam konsili ialah Adakah Kitab Suci telah jatuh dari sorga dengan bentuk yang sudah lengkap? atau bagaimanakah Kitab Suci telah tersusun sedemikian rupa hingga dapat dipercaya? Dalam 2Tim 3:16 memberikan sumbangsih atas pertanyaan tersebut bahwa dengan tegas Kitab Suci tidak jatuh dari sorga. Tapi Kitab Suci itu diilhamkan oleh Allah sendiri.  Pada konsili di Karthago tahun 397, konsili yang pertama, dinyatakan bahwa “kecuali kitab-kitab yang kanonik, di dalam gereja tidak boleh ada lain yang dibaca dengan menganggapnya kitab dari Tuhan”. Jadi, di Karthago kanon tidak ditetapkan, melainkan diakui bahwa kanon sudah ada. Dan setelah itu terdapat penambahan kitab-kitab dan surat-surat dari Rasul yang dianggap berwibawa. Pada adab ke-empat tahun 367, uskup...

Hidup Baru dalam Kristus

Hidup baru dalam K ristus PENDAHULUAN Sebelum membahas tentang apa yang dikatakan Perjanjian Baru tentang Hidup Baru, pertama-tama ada dua gagasan yang dimunculkan sebagai formula yang digunakan untuk melihat perspektif tiap tulisan-tulisan yang ada dalam Perjanjian Baru mengenai ‘hidup baru’. Gagasan yang dipakai Yohanes dan Paulus dalam tulisannnya adalah tentang “berada dalam Kristus”, dan juga gagasan lain yang dimunculkan adalah “tinggal dalam Kristus”, yang berarti penegasannya adalah “bersama atau menjadi satu dengan Kristus.” [1] Gagasan-gagasan ini akan dibahas secara lebih luas dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru (ada yang secara ‘tersirat’ maupun ‘tersurat’) yang terdapat gagasan-gagasan ini. Dari gagasan-gagasan inilah yang menjadi dasar untuk mengkaitkan bagian-bagian dari tulisan-tulisan Perjanjian Baru mengenai tema Hidup Baru dalam Kristus. KITAB-KITAB INJIL SINOPTIK Dalam injil sinoptik pertama-tama kita harus memusatkan perhatian kepada hak...

Studi Teologis mengenai INTERMEDIATE STATE...

1 DI MANAKAH ORANG-ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA BERADA?: SEBUAH STUDI MENGENAI INTERMEDIATE STATE BENNY SOLIHIN PENDAHULUAN Perjanjian Baru mengajarkan bahwa orang-orang yang telah mati akan dibangkitkan pada waktu kedatangan Kristus kedua kali. Pertanyaan yang segera muncul atas pengajaran Alkitab ini adalah, “Di manakah mereka selama kurun waktu antara kematian mereka dan kedatangan Tuhan Yesus kedua kali?” Dengan perkataan lain, “Di manakah jiwa mereka menunggu selama waktu itu?” Wajar bila kita berpikir bahwa mereka ada di suatu tempat di dalam periode antara kematian dan kebangkitan mereka. Masa atau keadaan itu disebut dengan istilah “intermediate state.” Istilah ini diciptakan oleh para teolog untuk menjelaskan dengan tepat ruang dan waktu yang bersifat sebagai antara dan sementara. Kata sifat “intermediate” mengacu pada suatu kurun waktu tertentu sedangkan kata benda “state” berarti suatu kondisi manusia di bawah keadaan tertentu. Jadi, konsepsi ini secara ke...